BREAKING

Pemutaran Serentak Farman - Tak Terjad (Prod. Target Pop)

Peluncuran mini album ‘FARMAN’

karya perdana dari tenor Indonesia, Farman Purnama

RABU 14 Juni 2017 pk 17.00 wib
Midori Japanese Restaurant
Jl. KH Wahid Hasyim no. 106
Kebon Sirih, Menteng – Jakarta Pusat

Jakarta, 14 Juni 2017 – Minialbum ‘FARMAN’, tembang crossover Indonesia
Album ‘FARMAN’ adalah kumpulan karya awal Farman Purnama sebagai pencipta lagu.
Karya ini merupakan ekspresi kecintaannya pada seni musik yang ingin ia persembahkan kepada
khalayak. Dalam perjalanan mencari jati diri sebagai musisi vokal, Farman telah berguru pada
banyak orang di dalam dan luar negeri hingga menempuh segudang pengalaman pertunjukan
sebagai penyanyi tenor baik di jalur klasik maupun gaya musik lain. Tak ubahnya seniman yang
gemar bereksperimen, ia pun menjajal musikalitasnya dengan memasuki ranah mencipta lagu.
Keenam lagu dalam album ini mengungkap sisi lain Farman yang musikal sekaligus puitis.
Lagu-lagu karangannya tidak lahir bersamaan pada suatu saat tertentu, tetapi lebih merupakan
refleksi pribadi tentang hidup dalam rentang waktu yang berjarak satu dengan yang lainnya.
perwujudan curahan hatinya maupun pengalaman para sahabat yang lalu dituangkan dalam
alunan nada-nada. Selain karya musik opera, Farman sangat berminat pada tembang puitik
(artsong), sebuah aliran dalam dunia musik klasik yang menempatkan gubahan syair sebagai
dasar penciptaan melodi atau yang lebih dikenal dengan ‘musikalisasi puisi’. Inspirasi syair ia
peroleh dari situasi hidup dan emosi yang lahir dari hubungan-hubungan personalnya dengan
orang-orang terdekat. Farman menggubah sendiri puisi untuk karyanya dan kemudian lahirlah
melodi yang direkatkan pada syair-syair tersebut.
Konsep album adalah lagu-lagu berbahasa Indonesia yang bergenre crossover, kecuali
satu lagu berbahasa Italia yang memang sudah demikian adanya sejak awal mula sang melodi
menari-nari di kepalanya. ‘Crossover’ kurang lebih berarti lintas genre. Lagu-lagu karangan
Farman terbilang cukup sederhana dalam struktur melodi dan harmonisasi. Gubahan musik yang
easy listening dan dikemas dalam aroma kekinian membuatnya gampang dicerna dan mudah
diingat. Sesuatu yang mewakili semangat musik populer. Namun dari segi olah vokal, Farman
tetap memilih gaya klasik sebagai pilihan presentasi musiknya. Untuk penggarapan musik,
Farman bekerjasama dengan Popo Fauza, seorang musisi sekaligus music director. Seluruh
proses rekaman dan pengerjaan album dilakukan di Karawaci, di studio pribadi milik Popo yang
juga adalah suami penyanyi Alena Wu. Dalam album ini, Farman juga berduet dengan soprano
Aning Katamsi dalam lagu berjudul ‘Kasih Sepanjang Jalan’.

Demikian, inilah 6 karya lagu Farman yang pada Rabu 14 Juni 2017 ini ia persembahkan
sebagai intisari perjalanan panjang karsa seninya sebagai musisi vokal. Minialbum ‘FARMAN’ ini
turut memperkaya sosok Farman Purnama sebagai musisi yang semakin lengkap. Ia adalah
penyanyi tenor dalam penampilan konser musik maupun pentas opera sekaligus guru vokal
yang kini berkarya sebagai penulis dan penggubah lagu.

Tentang FARMAN PURNAMA


FARMAN PURNAMA adalah penyanyi bersuara tenor dari
Jakarta. Bakat seni vokalnya semula telah terbina dibawah
bimbingan tokoh musik vokal seperti N. Simanungkalit,
Pranadjaja dan Annette Frambach . Semasa perguruan
tinggi, ia mendapat bimbingan vokal dari Avip Priatna yang
turut mengasah kemampuan musikalitas Farman dalam
berbagai kesempatan pertunjukan musik. Pada tahun
2009, Farman memutuskan untuk menekuni karir musik
secara profesional dengan belajar seni pertunjukan vokal
klasik hingga tingkat Master dibawah arahan maestra
Henny Diemer di Utrecht Conservatory (Hogeschool voor
de Kunsten Utrecht), negeri Belanda.

Sejak tahun 1999, sarjana teknik arsitektur ITB ini telah sering tampil sebagai solis bersama kelompok
Batavia Madrigal Singers dan Jakarta Chamber Orchestra, membawakan beragam repertoir opera klasik
seperti memerankan tokoh ‘Samson’ dalam Samson et Dalila (Camille Saint-Saëns) dan ‘Turiddu’ dalam
Cavalleria Rusticana (Pietro Mascagni). Awal tahun 2013 ia berperan sebagai ‘Sangkuriang’ dalam
sebuah produksi drama musikal non-klasik Sangkuriang.
Pada tingkat internasional, beberapa penampilan pentingnya antara lain menjadi solis Coronation Mass
(W.A Mozart) di Singapura dan di Macau International Music Festival bersama Orchestra Ensemble
Kanazawa dari Jepang pada tahun 2006. Tahun 2007 ia menyanyikan bagian solo Missa Carl Maria Von
Weber di Kanazawa Jepang, yang direkam dan diterbitkan oleh Warner Classic Japan.
Masih di dunia pementasan opera, Farman telah membintangi beberapa pergelaran seperti berperan
sebagai ‘Iro’ dan ‘Giove’ pada lakon Il Ritorno d’Ulisse in Patria karya Monteverdi, produksi Opera Studio
Nederland di Amsterdam (2012) dan sebagai ‘Ferrando’ dalam opera Cosi fan Tutte karya Mozart,
produksi Dutch National Opera Academy di Den Haag (2014). Pada April 2015, ia sukses memerankan
dengan gemilang salah satu peran penyanyi tenor tersulit di dunia opera, yaitu sebagai tokoh ‘Admeto’
dalam opera Alceste karya Christoph W. Gluck yang dipentaskan di Utrecht.
Kepekaan Farman dalam mengolah vokal tak terbatas dalam ranah klasik tapi juga dalam musik pop.
Perjalanannya di wilayah musik pop membawanya berkolaborasi dengan nama-nama besar dalam
industri musik pop tanah air seperti Elfa Secioria, Andi Rianto dan Addie MS. Ia merupakan salah satu
penyanyi dalam album Interlude dari Hati (bersama Magenta Orchestra) dan penyanyi utama dalam
album Karena Cinta Kita Ada : Tribute to Eros Djarot.
Selain rutin mengajar vokal setiap hari di The Resonanz Music Studio, saat ini Farman sedang terlibat
dalam proses produksi sebuah opera Indonesia terbaru berjudul ‘Opera Ainun’ yang mengangkat kisah
cinta Ainun-Habibie dan diproduseri oleh PT. Opera Ainun, Inc., anak perusahaan dari perkumpulan Lima
Dimensi yang beranggotakan sejumlah alumni ITB.
 
Copyright © 2016 Radio CitisFm lhokseumawe Aceh